Rabu, 17 Februari 2016

Pemikiran: ISU LGBT

Saya rasa tidak cocok paduan legalisai dengan LGBT. Dua kata itu kok kalau digabungin jadi bikin nggak sreg, kecuali huruf T (transgender).
Karena LGB itu kan orientasi seksual, sedangkan transgender bisa dikatakan sebuah proses selain juga keadaan (yang telah berubah).
Jadi, kata legalisasi terasa kurang cocok berdampingan dengan LGB. Karena, apa yang mau dilegalisasi dari sebuah orientasi?
Yang bisa dipermasalahkan itu adalah perilaku seksual. Ini relevan dengan kata legal/ilegal.
Jadi, penolakan LGB harusnya menekankan pada prilaku seksual dan atau 'pernikahan'.
Dalam Islam, bukan orientasi yang dihukumi, tapi perilaku.
Saya pribadi memandang orientasi seksual seperti banyak hal lain. Makanan contohnya. Ada daging ayam, sapi, babi, kodok, bayam, wortel. Semua ciptaan Allah. Tapi tidak semua diridhai Allah untuk dimakan, meski bisa dimakan.
Juga minuman. Ada susu, jus jeruk, mangga, apel, miras, amer, aput, nutrisari, orson. Semua bisa diminum, tapi tak semua diridhai sebagai minuman.
Begitu juga orientasi seksual. Ada hetero, homo, dan bi. Perilaku sekusal juga banyak. Ada nikah, zinah, lacur, incest, merkosa, selfservice, pedofil, sampai sama binatang. Tidak semua cara yang diridhaiNya.
Saya tak berkapasitas untuk menyatakan apakah orientasi seksual sejenis sesuatu yang dari sananya atau terbentuk lingkungan. Yang pasti itu ujian, yang pasti itu bisa dirubah, karena banyak contohnya. Kalau ada pertanyaan Kenapa saya terlahir homo? Karena si saya mampu mengatasi ujian kehomoan. Ujian tak lebih dari kadar kemampuan, bukan?
Ujian memang banyak macam. Ada yang diuji lewat orientasi seksual, ada yang lewat keterbatasan fisik, ada yang diuji dengan kemiskinan, ada juga yang lewat kekayaan. Ada ujian lewat kecantikan, ketampanan, (dan sepertinya saya diuji dalam hal ini), dan lain sebagainya. Macam-macam dah ya.

Tapi memang manusia banyak macamnya. Ada yang simplisiti, asal teman senang, yang penting gue nggak, ada juga yang menahan diri untuk selalu membenarkan. Yang pasti, teman baik tak ingin temannya celaka.